Jumat, 07 November 2014

3. Kesimpulan Terhadap Komunikasi/Informasi di Indonesia

Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseoarang ke orang lain. Perpindahan pengertian tersebut melibatkan lebih dari sekedar kata-kata yang digunakan dalam percakapan, namun juga ekspresi wajah, intonasi dan sebagainya.

Sesungguhnya apa yang seseorang atau suatu hal tampilkan merupakan salah satu cara berkomunikasi dengan komunikan. Seperti contoh, orang yang memakai jilbab, secara tidak langsung dia memberikan informasi bahwa dia adalah seorang muslimah. Atau ketika sebuah obat terdapat lingkaran berwarna merah, itu tandanya memberikan informasi bahwa obat itu adalah obat keras.

Komunikasi yang terjadi di dunia saat ini sudah amat sangat berkembang pesat. Kemajuan teknologi mengambil peran yang sangat banyak dalam kehidupan manusia saat ini. Beragam media menjadi sarana yang paling ampuh untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Mulai dari media cetak, elektronik, visual, online dan lain-lain. Perkembangan ini sangat baik jika diimbangi dengan konsep kreatif yang sesuai dengan segmen yang ditentukan.

Dalam media cetak maupun yang berbentuk digital, masih banyak ditemukan artikel yang mengandung makna ambigu, judul tidak sesuai dengan isi beritanya. Hal ini dapat menyebabkan konflik terhadap para pembaca.

Selain itu, di Indonesia, acara televisi yang menjadi sumber komunikasi dan informasi yang banyak digunakan masyarakatnya, tidak dapat menjaga etika dalam penyiaran. Terbukti dari hasil riset Nielsen tentang pengukuran pemirsa TV 2012, menunjukkan bahwa sampai saat ini, konsumsi media televisi masih memimpin total konsumsi media, yaitu sebesar 94 persen dari total populasi media konvensional di Tanah Air. Dalam sehari, pemirsa bisa menghabiskan sekitar 4,5 jam duduk di depan TV, dan 24 persen dari total waktu tonton mereka dihabiskan untuk menonton sinetron.

Oleh karena itu tayangan yang tidak ada unsur edukasi dapat dengan mudah dinikmati oleh anak-anak kecil. Banyak sinetron yang mengedepankan rating daripada kualitas. Adegan penganiayaan, bullying di sekolah, tindakan siswa yang tidak sopan dengan guru atau orang tuanya dan masih banyak hal lain. Dampaknya, banyak anak-anak yang masih di bawah umur sudah mengerti soal tawuran, malawan orang tua, kabur dari rumah, mencoba bunuh diri bahkan melakukan hubungan percintaan layaknya orang dewasa.

Ini merupakan bahaya besar bagi perkembangan perilaku anak-anak tersebut, karena mereka terus dijejali dengan tontonan yang tidak berkualitas dan akibatnya anak-anak tersebut dapat dengan mudah mengikuti perilaku yang mereka tonton di layar kaca.

Sangat sedikit bahkan dapat dihitung dengan jari, acara televisi di Indonesia yang sarat akan nilai edukasi, tentunya yang cocok untuk dinikmati anak-anak kecil tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar